Juz 1 Ustad Abu Usaamah, Lc

Jumat, 04 Maret 2016

PENGENALAN MATEMATIKA USIA DINI

PENGENALAN MATEMATIKA USIA DINI


HAKIKAT PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI

Definisi
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1991).
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin di sampaikan (suriasumantri, 1982)
Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubunganya memerlukan simbol-simbol  untuk membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan (Paimin, 1998)
Kesimpulan, matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di  PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.

TUJUAN PENGENALAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI:

A.   Tujuan Umum
Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek.
B.   Tujuan khusus
Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak.
Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.


PRINSIP-PRINSIP PERMAINAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI

ü  Permainan matematika di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
ü  Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukaranya, misalya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dana dari sederhana ke yang lebih kompleks
ü  Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartispasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
ü  Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/ media yang sesuai dengan tujuan, menarik, dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
ü  Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
ü  Dalam permainan matematika anak dapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
ü  Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.


                                                                 MATERI II

LANDASAN PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI

Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan matematika anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri.
Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).
2. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangan-nya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
3. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar, yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.

Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan matematika anak usia dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
1.    Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit,seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung benda/ bilangan.
2.    Masa transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
3.    Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk ,menggambarkan konsep ruang, dan sebagainya.


MANFAAT PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK PAUD

Membelajarkananak berdasarkan konsep matematika yang benar.
Menghindari ketakutan matematika sejak awal.
Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain.

Peran guru dalam mengembangakan kegiatan belajar matematika adalah
membangun rasa ingin tahu anak secara alami tentang bentuk, ukuran, jumlah, konsep-konsep dasar lain dalam matematika.
Peduli dan tertarik terhadap apa yang dikatakan anak. Hal ini akan mendorong anak untuk menceritakan pengalaman dan penemuan mereka.
Penerimaan terhadap sejumlah kegiatan matematika yang dilakukan anak. Hal ini akan mendorong  kepercayaan diri untuk tetap berpikir, bertanya, dan berbagi pengalaman tentang hal berbagai hal yang dialami anak.

PENGENALAN DINI KEMAMPUAN BERHITUNG

Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung antara lain:
Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung.
Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman.
Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan.
Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya.
Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.

Hal yang perlu diperhatikan:
Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, hal inii menunjukkan bahwa anak tersebut telah siap untuk diberikan permainan berhitung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah terjadi masalah pada anak. Itu berarti, anak membutuhkan perhatian atau perlakuan yang lebih khusus dari guru.


                                                                         MATERI III

                                   STANDAR MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

The principles and strandards for school mathematics (prinsip dan standar untuk matematika sekolah), yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari national council of Teacher of mathematics (NCTM, 2000) memaparkan harapan matematika untuk anak usia dini.konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini antara lain:
1.    Bilangan
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
2.    Aljabar
Menurut NTCM (2000), pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan, membandingkan, dan menyusun benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan.
3.    Penggolongan
Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting untuk mengembangakn konsep bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan atau menyortir benda-banda, mereka harus mengembangkan pengertian tentang “saling memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”. Kegiatan yang dapat mendukung kemampuan klasifikasi anak adalah:
Membandingkan
Adalah proses dimana anak membangun suatu hubungan antara dua benda berdasarkan atribut tertentu. Anak usia dini sering membuat perbedaan, terutama bila perbandingan itu melibatkan mereka secara pribadi.
Menyusun
Menyusun atau menata adalah tingkat lebih tinggi dari perbandingan. Menyusun melibatkan perbandingan benda-benda yang lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu urutan. Kegiatan menyusun dapat dilakukan didalam maupun luar kelas, misalnya menyusun buku yang diatur dari yang paling tebal, mengatur barisan dari anak yang paling tinggi/ pendek, dll.
4.    Pola-pola
Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak mulai melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka.
5.    Geometri
Membangun konsep geometri pada anak di mulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak seperti dibawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami geometri.
6.    Pengukuran
Ketika anak mempunyai kesempatan untuk pengalaman-pengalaman langsung untuk mengukur, menimbang, dan membandingkan ukuran benda-benda, mereka belajar konsep pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran.
7.    Analisis data dan probabilitas
Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini berarti mengemukakan pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang dirinya dan lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup.

PERMAINAN BERHITUNG DI JALUR MATEMATIKA
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di PAUD dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di semua jalur metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri, estimasi, dan statistika.
1. Bermain pola
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan, setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.
5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6. Bermain Estimasi (Memperkirakan)
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain itu anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yan akan dihadapi.
– Perkiraan waktu misalnya:
• Berapa hari biji tumbuh?
• Berapa lama kita makan?
• Berapa lama anak dapat memantulkan bola?
• Berapa ketukan gambarnya selesai?
– Perkiraan luas, misalnya: berapa keping untuk menutupi meja?
– Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah ikan yang ada dalam aquarium?
– Perkiraan ruang, misalnya: berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini?
7. Bermain Statistika
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek (dalam bentuk visual).





                                                                       MATERI IV

                                            METODE PERMAINAN BERHITUNG


Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan berbagai variasi materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain:
1. Metode Bercerita:
Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara lain, bercerita dengan alat peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain.
2. Metode Bercakap-cakap:
Adalah salah satu penyampaina bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasar-kan gambar seri, atau berdasarkan tema.
3. Metode Tanya Jawab:
Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi-kan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya.
4. Metode Pemberian Tugas:
Adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru.
5. Metode Demonstrasi:
Adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.
6. Metode Eksperimen:
Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada kreativitas guru.


PEMANFAATAN MEDIA UNTUK PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pengenalan matematika anak usia dini:
1.    Media visual
Adalah media yang hanya dapat dilihat. Yang termasuk dalam media ini, misalnya gambar, kartu angka, flashcard, benda tiga dimensi (dadu angka, balok, menara ngka, pohon hitung), model realia/ benda nyata, dll.
2.    Media audio
Adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Misalnya: kaset lagu anak-anak, dll.
3.    Media audio visual
Adalah alat-alat yang ”audible” artinya dapat didengar dan yang ”visible” artinya dapat dilihat. Misalnya pembelajaran dengan multimedia, televisi, CD Pembelajaran matematika, dll.
4.    Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan untuk pengenalan matematika anak usia dini, bahkan dengan pemanfaatan lingkungan sekitar ini akan lebih mendorong anak untuk memahami konsep matematika secara alamiah. Contoh kegiatanya antara lain pembelajaran diluar kelas, eksperimen, eksplorasi, dll.


                                                                           MATERI V
                                                   PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (1) tahap sensori motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkrit dan (4) tahap operasional formal.
a. Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 – 2 tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak   rdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi. Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.
b. Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan dalam peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat, kemampuan anak menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya. Sekalipun demikian, pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
c. Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 Tahun)
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain.
d. Operasional Formal ( 11 – 16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya. Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa.




PENGARUH PERMAINAN MATEMATIKA TERHADAP KEHIDUPAN ANAK

Melalui permainan matematika, secara tidak langsung anak akan belajar mengenal banyak hal, diantaranya:
Perkembangan social emosi
Matematika dapat mengembangkan rasa percaya diri anak, cara yang dapat dilakukan antara lain:
Mendorong keberanian dan memberi dukungan atas usaha anak terhadap alasan matematis yang diyakininya.
Mengupayakan anak agar tidak kehilangan rasa yakin.
Bersedia menerima tanggapan anak walaupun tentang hal yang tidak logis.
Matematika dapat mengajarkan anak tentang makna bekerjasama dan berbagi, cara yang dapat dilakukan antara lain:
Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dalam kelompok.
Menawarkan bermacam-macam bahan secara terbatas.
Mendorong anak untuk belajar dari suatu masalah dan berusaha menyelesaikannya bersama.
Perkembangan kreativitas
Permainan matematika memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan pikiran secara kreatif. Cara yang dapat dilakukan antara lain:
Buatlah pertanyaan dalam beberapa jawaban.
Ajukan pertanyaan yang anda tidak tahu jawabannya.
Tunjukkan bahwa guru menghargai kreatifitas anak.
Perkembangan fisik
Permainan matematika dapat mengembangkan keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan antara lain:
Memberikan kesempatan yang luas untuk permainan manipulasi bahan seperti papan pasak, bongkar pasang, dll.
Memberi kesempatan untuk mengerjakan tugas sehari-hari seperti mengaduk juice, meletakkan buku pada almari.
Memberikan kegiatan menumpahkan atau mengunci/menutup untuk anak usia 2 dan 3 tahun.
Anak usia 4 dan 5 tahun disediakan kegiatan yang lebih variasi seperti menggunting, meronce, dll.
Permainan matematika dapat mengembangkan keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan antara lain:
Mendorong anak untuk bermain aktif.
Memberikan kesempatan menggunakan tubuh mereka secara bebas.
Persepsi visual dan spasial
Cara yang dapat dilakukan antara lain:
Dorong anak untuk mencoba puzzle sesuai level yang tepat.
Tawarkan bahan yang dapat membuat mereka berkreasi pada pola-pola potongan visual mereka sendiri.
Perkembangan kognitif
Permainan matematika dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan keterampilan masalah. Cara yang dilakukan antara lain:
Mengupayakan agar pemecahan masalah dibuat sesuai pengalaman.
Tidak menyepelekan solusi yang kurang logis.
Permainan matematika dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan konsep dasar ilmu pasti. Cara yang dilakukan antara lain:
Sabarlah saat anak berjuang untuk meletakkan pikiran ke dalam bahasa.
Gunakan literature untuk mendorong anak agar dapat mengucapkan konsep matematis.
Permainan matematika dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan keterampilan logis dan beralasan. Cara yang dilakukan antara lain:
Beri kesempatan anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan jawaban pada pertanyaan matematika.
Hargai setiap alasan anak karena alasan muncul sesuai dengan pertumbuhan mental.

EVALUASI PERKEMBANGAN MATEMATIKA ANAK

Ada beberapa alat evaluasi perkembangan matematika anak:
Pemberian tugas
Adalah cara penilaian dengan memberikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan kemampuan yang akan diungkap. Kegiatan yang dapat dinilai melalui pemberian tugas antara lain:
Hasil karya, misalnya:
ü  Meronce
ü  Menghubungkan benda dan angka
ü  Menebalkan angka, dll
Hasil yang diperoleh dari mengatur sesuatu, misalnya:
ü  Menata barang
ü  Mengurutkan benda sesuai dengan urutan ukuran
ü  Mengelompokkan warna, benda menurut bentuk, ukuran, dll
Percakapan
Adalah penilaian yang dilakukan melalui percakapan atau cerita antara anak dengan guru, atau anak dengan anak. Kegiatan matematika yang dapat dievaluasi melalui percakapan, misalnya bercerita, menceritakan kembali cerita yang disampaikan, menceritakan tentang percobaab yang telah dilakukan, dsb.
Observasi/ pengamatan
Adalah alat pengumpul data penilaian yang dilakukan dengan mencatat gejala tingkah laku yang tampak. Misalnya: mengamati tingkah laku anak saat melakukan percobaan.
Portofolio
Adalah pengumpulan hasil karya anak secara sistematik.
Catatan anekdot
Adalah bentuk pencatatan tantang gejala tingkah laku anak yang khusus, baik positif maupun negative. Dengan catatan ini guru dapat mendeteksi anak-anak yang mempunyai potensi pada matematika maupun anak-anak yang berkesulitan dalam menghitung sehingga kita dapat memberikan tindak lanjut yang sesuai.


KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR MENGHITUNG

Menurut Lerner (1981: 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar berhitung, yaitu:
1.    Gangguan hubungan keruangan.
Anak yang berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga dapat terjalin komunikasi antar mereka dalam lingkungan. Dengan kondisi tersebut dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem belajar secara keseluruhan.
Contoh: Anak tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
2.    Kesulitan memahami konsep waktu.
Pemahaman tentang waktu biasanya melipuit sebentar, lama, kemarin, besok dan sebagainya. Pemahaman tersebut diperoleh anak karena adanya komunikasi dengan lingkungan sosial. Anak yang memiliki kesulitan belajar sering tidak memiliki lingkungan yang tidak kondusif bagi terjalinnya komunikasi yang intensif untuk memperoleh tentang konsep semacam itu. Disamping itu, adanya gangguan fungsi otak juga dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep waktu.
3.    Kesulitan memahami konsep kuantitas (jumlah)
Pada umumnya anak-anak memahami tentang konsep kuantitas dari pergaulan mereka dengan lingkungan sosialnya, baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Disamping dari lingkungan keluarga yang sulit bergaul, gangguan fungsi otak dan lingkungan social yang tidak kondusif dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep kuantitas, seperti banyak, sedikit, lima, tujuh dan sebagainya.
4.    Asosiasi Visual-Motor.
Bentuk asosiasi visual-motor merupakan bentuk kesulitan belajar yang lebih menekankan proses belajar mereka dengan cara hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya. Contoh dari bentuk asosiasi visual-motor adalah anak tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”. Ini merupakan bentuk kesulitan belajar berhitung dalam perkataan dengan motoriknya.
5.    Kesulitan mengenal dan memahami symbol.
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, < dan sebagainya. Kesulitan semacam ini disebabkan adanya gangguan memori atau ingatan dan juga adanya persepsi fisual atau penglihatan.

Kekeliruan Umum Anak Berkesulitan Belajar Berhitung
Menurut Mulyono (1997), ada beberpa jenis kekeliruan yang biasa dilakuakan oleh anak berkesulitan belajar berhitung.
1.    Kekurangan pemahaman tentang symbol.
Kesulitan tersebut terjadi karena anak tidak memahami konsep relasi antara nilai dan simbolnya. Misalnya: >, <, +, -, x, : dan lain sebagainya.
2.    Kekurangan pemahaman tentang nilai tempat.
Anak yang belum memahami nilai tempat suatu bilangan mengalami kesulitan yang berkenaan dengan penjumlahan atau pengurangan dengan cara bersusun.
3.    Kekurangan pemahaman dalam melakukan perhitungan.
Anak biasanya lebih suka untuk menghafal yang berkaitan dengan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Namun dengan semacam itu anak akan mengalami banyak kekeliruan jika lupa. Untuk itu guru dapat mengajarkan teknik mengingat urutan penjumlahan dan berusaha menanamkan kembali konsep yang belum dikuasai anak dengan cara peragaan.
4.    Penggunaan proses penghitungan yang keliru.
Banyak sekali kekeliruan yang dilakukan anak dalam menghitung, seperti:
Mempertukarkan symbol.
Anak sering kurang paham antara symbol penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian.
Satuan dan puluhan dijumlahkan tanpa memperhatikan nilai tempat.
Contoh:          34
46+
710
Tidak memperhatikan nilai tempat.
Contoh:
19
21+
13
Anak akan menghitung 1 + 9 +2 + 1 = 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar